Data
Struktur Bangunan
Konfigurasi
bangunan
Denah
struktur bangunan seperti terlihat pada lampiran Gambar 1.2 yang direncanakan
memiliki konfigurasi sebagai berikut :
1.
Luas bangunan = 246,50 m2
2.
Tinggi perlantai = 4 m
3.
Jumlah lantai = 2 lantai
Bentuk
bangunan
Faktor
keutamaan gedung (I)
Struktur gedung berfungsi sebagai gedung sekolah
sehingga berdasarkan RSNI-03-1726-201x, termasuk kedalam kategori resiko III
yang nilai faktor keutamaan gedung (Ie) sebesar 1,25 dapat dilihat pada Lampiran
B Tabel 1.1 dan 1.2.
Faktor
reduksi gempa (R)
Struktur
bangunan gedung tergolong dalam kategori Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK), sehingga besarnya nilai koefisien modifikasi respons adalah 8, Seperti
terlihat pada Lampiran B Tabel 1.3.
Penentuan
jenis tanah
Karena data teknis tanah tidak ada sama konsultan
perencana bangunan gedung sekolah SPP SPMA Bireuen (Peusangan), maka Jenis
tanah tempat struktur bangunan gedung didirikan diasumsikan ke dalam kategori
tanah lunak.
Kategori
desain seismik (Kds)
Untuk Kategori Desain Seismik (KDS) diatur dalam RSNI
03-1726-201x pasal 6.5, setelah menghitung parameter-parameter Fa dan Fv
hasilnya diplotkan kedalam tabel kategori desain seismik, sehingga mengetahui
struktur yang direncanakan termasuk kedalam kategori apa bangunan yang akan
dirancang. Penentuan KDS tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan 3.2 di
bawah:
Tabel 3.1 Kategori desain seismik berdasarkan parameter
respon percepatan pada periode pendek
(0,2 detik)
NILAI SDS
|
KATEGORI RESIKO
|
||
I atau II
|
III
|
IV
|
|
SDS <
0,167
|
A
|
A
|
A
|
0,167 ≤ SDS <
0,33
|
B
|
B
|
C
|
0,33 ≤ SDS <
0,50
|
C
|
C
|
D
|
0,50 ≤ SDS
|
D
|
D
|
D
|
Tabel 3.2 Kategori desain seismik berdasarkan parameter
respon percepatan pada periode 1 detik
NILAI SD1
|
KATEGORI RESIKO
|
||
I atau II
|
III
|
IV
|
|
SD1 <
0,067
|
A
|
A
|
A
|
0,067 ≤ SD1 <
0,133
|
B
|
B
|
C
|
0,133 ≤ SD1 <
0,20
|
C
|
C
|
D
|
0,20 ≤ SD1
|
D
|
D
|
D
|
Wilayah
Gempa
Berdasarkan
RSNI-03-1726-201x pada pasal 14, untuk wilayah gempa Indonesia ditetapkan
berdasarkan parameter Ss (percepatan
batuan dasar pada perioda pendek 0,2 detik) seperti pada Lampiran A Gambar 1.2,
dan S1 (percepatan
batuan dasar pada perioda 1 detik) seperti pada Lampiran A Gambar 1.3.
Langkah-langkah
Analisis Linier
Pembebanan
struktur bangunan
Pembebanan direncanakan sesuai dengan Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Rumah dan Gedung (SKBI 1987). Pembebanan yang
diberikan kepada model struktur mencakup beban mati, beban hidup, dan beban
gempa.
Beban
mati (Dead load)
Adapun beban mati yang diperhitungkan dalam model
struktur terdiri dari beban mati struktural dan beban mati tambahan.
a.
Beban Mati Struktural
Berat sendiri
elemen struktur terdiri dari berat sendiri elemen kolom, pelat lantai, tangga
dan. Berat sendiri elemen struktural tersebut akan dihitung otomatis sebagai self
weight oleh software ETABS V.9.7.
b. Beban
Mati Tambahan atau Super Imposed Dead
Load (SILD)
Selain
berat sendiri elemen struktural, pada beban mati juga terdapat beban lain yang
berasal dari elemen arsitektural bangunan, yaitu :
·
Beban Partisi : 0,49 kN/m2
·
Beban plafond dan mekanikal elektrikal : 0,74 kN/m2
·
Beban dinding ½ bata : 0,49 kN/m2
Beban
hidup (Live load)
Beban hidup yang bekerja pada lantai gedung diambil
sebesar 2,50 kN/m2, sedangkan beban hidup yang bekerja pada lantai
atap dack adalah 1,00 kN/m2.
Beban
gempa (Quake load)
Beban gempa direncanakan berdasarkan kriteria
bangunan dan jenis tanah dimana lokasi bangunan. Desain beban gempa menggunakan
respons spektrum RSNI-03-1726-201x.
Permodelan
struktur bangunan
Dalam penelitian ini, struktur gedung dimodelkan 3D
sebagai struktur portal terbuka (open
frame) dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) pada arah
Utara-Selatan dan Barat-Timur. Pemodelan struktur gedung menggunakan software ETABS v.9.7. Permodelan
struktur bangunan berupa:
Kolom
Semua
kolom dimodelkan dengan penampang rectangular dengan faktor reduksi
sebesar 0,7 untuk memperhitungkan keretakan penampang akibat gempa. Tulangan
lentur kolom dimodelkan sesuai dengan luas tulangan yang terdapat pada as-built
drawing. Kemudian, untuk keperluan analisis statik nonlinear/ pushover,
sendi plastis dalam mekanisme lentur dan aksial diberikan pada pangkal, ujung-ujung
kolom.
Berdasarkan dimensinya pada as-built drawing, terdapat 3 jenis kolom
pada bangunan ini. Dimensi dari masing masing jenis kolom dapat dilihat melalui
Tabel 3.3 dibawah ini dan untuk kolom digunakan selimut beton setebal 35 mm.
Tabel 3.3 Ukuran Penampang Kolom
Bangunan
Jenis Kolom
|
Ukuran
Penampang
|
K1
K2
K3
|
30
cm x 40 cm
40
cm x 30 cm
30
cm x 30 cm
|
Balok
Keseluruhan balok dimodelkan dengan penampang rectangular dengan faktor reduksi
sebesar 0,35 untuk memperhitungkan keretakan penampang akibat gempa. Faktor ini
akan mereduksi momen inersia, konstanta torsional, dan shear area penampang. Tulangan lentur balok dimodelkan sesuai
dengan luas tulangan yang terdapat pada as-built
drawing. Kemudian, untuk keperluan analisis statik nonlinear (pushover), sendi plastis dalam mekanisme
lentur diberikan pada ujung ujung balok utama.
Balok terdiri dari 3 jenis memiliki
ukuran yang berbeda dan dengan konfigurasi pemasangan tulangan yang sama.
Dimensi dari masing-masing jenis balok dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan
digunakan selimut beton setebal 30 mm.
Tabel 3.4 Ukuran Penampang Balok
Bangunan
Jenis Balok
|
Ukuran
Penampang
|
B1
B2
B3
SL
|
30
cm x 40 cm
20
cm x 30 cm
15
cm x 30 cm
30
cm x 40 cm
|
Pelat
lantai
Pelat
lantai dimodelkan sebagai membrane dan dianggap sebagai rigid
diaphragm. Sebagai membrane, pelat lantai dimodelkan untuk
mendistribusikan beban area diatas lantai pada balok sekitarnya. Sedangkan
pelat lantai sebagai rigid diaphragm berfungsi sebagai penyalur beban
lateral ke kolom bangunan.ketebalan pelat lantai 1 (satu) 12 cm. Ketebalan
pelat deck 10 cm. Penulangan pelat tidak diikut sertakan dalam pemodelan.
Tangga
Tangga
dan bordes dimodelkan sebagai elemen shell.
Pondasi
Pondasi
bangunan dianggap dapat memberikan kekangan terhadap transalasi dan rotasi.
Sehingga seluruh perletakan bangunan dimodelkan sebagai perletakan jepit (fixed).
Input
mutu material
Struktur bangunan gedung terbuat dari beton
bertulang, material bangunan yang digunakan untuk keperluan analisis adalah
sebagai berikut :
·
Massa jenis beton bertulang = 2,40 kN/m3
·
Berat jenis beton bertulang = 24 kN/m3
·
Mutu Beton (fc’) = 22,5 Mpa
·
Modulus elastisitas beton = 4700
= 22294,06
·
Mutu baja tulangan pokok (fy) = 300 Mpa
·
Mutu baja tulangan geser (fy) = 240 Mpa
·
Angka poisson = 0,2
Input respon spektra desain
Berdasarkan percepatan batuan dasar hasil analisis software spectra indonesia 2011 (Website Puskim-PU) untuk wilayah Bireuen
(Peusangan), maka didapat:
SMS = 0,902 g
SM1 = 0,933 g
Nilai yang dimasukkan ke dalam software ETABS V.9.7 untuk Define Response Spectrum Funcation
adalah nilai SDS dan SD1, yaitu:
SDS = 2/3 SMS
= 2/3 (0,902) = 0,601 g
SD1 = 2/3 SM1
= 2/3 (0,933) = 0,622 g
Grafik Respon spektra desain untuk
wilayah Bireuen (Peusangan) dapat dilihat pada Lampiran A Gambar 1.4.
Input
kombinasi
pembebanan
Karena
nilai SDS 0,601 > 0,50 pada kategori resiko III termasuk kedalam
KSD-D, dan nilai SD1 0,622 > 0,20 pada kategori resiko III
termasuk kedalam KDS-D. Dengan demikian struktur gedung didesain pada Kategori
Desain Seismik (KDS) D, diambil nilai redundansi (ρ) 1,3. Maka hasil penjabaran
faktor kombinasi pembebanan dengan nilai (ρ) 1,3 seperti pada Tabel 3.5 di
bawah.
Tabel 3.5 Faktor
Kombinasi Pembebanan dengan nilai ρ = 1,3
Kombinasi
|
Koefisien (DL)
|
Koefisien (LL)
|
Koefisien (EX)
|
Koefisien (EY)
|
1
2
|
1,4
1,2
|
0
1
|
0
0
|
0
0
|
3
4
5
6
|
1,36
1,04
1,12
1,28
|
1
1
1
1
|
0,39
-0,39
0,39
-0,39
|
1,3
-1,3
-1,3
1,3
|
7
|
1,36
|
1
|
1,3
|
0,39
|
Tabel 3.5 Faktor
Kombinasi Pembebanan dengan nilai ρ = 1,3 (Lanjutan)
Kombinasi
|
Koefisien (DL)
|
Koefisien (LL)
|
Koefisien (EX)
|
Koefisien (EY)
|
8
9
10
|
1,04
1,28
1,12
|
1
1
1
|
-1,3
1,3
-1,3
|
-0,39
-0,39
0,39
|
11
12
13
14
|
0,71
1,09
1,02
0,78
|
0
0
0
0
|
0,39
-0,39
0,39
-0,39
|
1,3
-1,3
-1,3
1,3
|
15
16
17
18
|
0,73
1,07
0,83
0,97
|
0
0
0
0
|
1,3
-1,3
1,3
-1,3
|
0,39
-0,39
-0,39
0,39
|
Run Analysis pertama (Analisis Linier)
Setelah
semua penginputan pembebanan selesai baik beban mati tambahan, beban hidup dan
beban gempa rencana, maka dilakukan run
analysis pertama yaitu prosedur analisis linier.
Kontrol
Analisis Linier
Setelah
selesai dilakukan run analysis, maka
tahap selanjutnya mengontrol dari hasil analisis, yaitu periode getar alami,
gaya geser dasar (base shear),
simpangan batas ultimit, rasio tulangan. Setelah didapatkan informasi bahwa
dari hasil analisis linier struktur bangunan gedung masih aman, maka
dilanjutkan analisis pushover.
Langkah-langkah
Analisis Pushover
Setelah
mengontrol dari hasil analisis pertama (analisis linier), sampai memberi
informasi bahwa struktur bener-bener aman, tahap selanjutnya baru melakukan
analisis pushover. Adapun
langkah-langkah pada proses analisis pushover
adalah:
1.
Memasukkan pushover case pada software
ETABS.
2.
Menempatkan properti sendi pada ujung
balok dan kolom. Untuk balok pakai default-M3
(arah sumbu kuat), dan untuk kolom pakai default P-MM (M2M3) untuk arah sumbu
kuat dan sumbu lemah.
3.
Menentukan titik kontrol pada atap.
4.
Setelah langkah 1 sampai langkah 3
selesai dimasukan, kemudian lakukan run
analysis statik nonlinier pushover.
5.
Analisis beban dorong dilakukan dalam 2
tahap; pertama struktur diberi beban gravitasi berupa beban mati dan beban
hidup yang tereduksi. Analisis tahap pertama belum memperhitungkan kondisi
nonlinier. Kedua struktur diberikan pola beban lateral yang diberikan secara
monotonik bertahap.
6.
Pembebanan lateral ditingkatkan sampai
komponen struktur yang paling lemah berdeformasi yang menyebabkan kekakuannya
berubah secara signifikan (terjadi leleh dari penampang).
7.
Proses pembebanan dilanjutkan sampai
batas kinerja terdeteksi dari perpindahan titik kontrol pada atap. Langkah 5
sampai langkah 7 dilakukan secara otomatis oleh program ETABS.
8.
Kurva pushover diplotkan agar menggambarkan respons perilaku nonlinier.
9.
Kurva pushover digunakan untuk menentukan target perpindahan.
10.
Mengambil hasil dari analisis pushover.
11.
Selesai.
Bagan
Alir Penelitian
Langkah-langkag
penelitian ini dapat digambarkan seperti diagram alir di bawah ini: