1.1 Latar
Belakang
Indonesia
adalah salah satu negara yang termasuk kedalam daerah rawan gempa di dunia. Indonesia
menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng besar dunia dan
sembilan lempeng kecil lainnya saling bertemu di wilayah indonesia dan
membentuk jalur-jalur pertemuan lempeng yang kompleks (Bird, 2003). Keberadaan
interaksi antar lempeng-lempeng ini menempatkan wilayah Indonesia sebagai
wilayah
yang sangat rawan terhadap gempa bumi (Milson, 1992).
yang sangat rawan terhadap gempa bumi (Milson, 1992).
Mengingat pada beberapa tahun terakhir telah banyak
gempa besar yang terjadi di Indonesia. Sebagai contoh, gempa Aceh pada tahun
2004, gempa Jogja pada tahun 2006, gempa Padang dan Bengkulu pada tahun 2007.
Dari gempa tersebut menyebabkan banyak terjadi kerusakan pada struktur
bangunan. Setelah dilakukan kajian yang mendalam tentang hal ini, bahwa gempa
besar yang terjadi ternyata percepatan batuan dasar lebih besar daripada
percepatan batuan dasar yang telah ditetapkan dalam peta gempa SNI
03-1726-2002. Berdasarkan penemuan tersebut menyebabkan peta gempa SNI
03-1726-2002 dinilai sudah tidak sesuai lagi diaplikasikan sebagai pedoman perencanaan
struktur tahan gempa (Meilano, 2010).
|
1.2 Permasalahan
Berdasarkan kondisi di atas secara
tidak langsung melahirkan praktek desain yang
tidak jarang mengikuti saja keinginan arsitek yang demi mengejar keindahan kadang memaksakan sistem
struktur yang tidak simetris dan berpotensi torsi tanpa upaya pengamanan yang bisa
diambil. Sebagian lagi terjadi
perencanaan dan pelaksanaan detailing yang kurang sempurna/salah, atau
penetapan atau perhitungan desian base shear yang
kurang tepat, atau penggunaan material
yang tidak memenuhi persyaratan teknis, atau kesalahan asumsi modeling
karena kurangnya pemahaman atas perbedaan respon elemen dan respon struktur dan terbatasnya pemahaman
atas makna dan konsekuensi dari struktur daktail.
Oleh
karena itu, penulis ingin membandingkan kelakuan struktur antara kedua
peraturan tersebut. Adapun permasalahan yang ingin penulis tinjau yaitu :
1.
Bagaimana perbedaan beban
gempa antara SNI 03-1726-2002 dengan RSNI 03-1726-20x.
2.
Bagaimana kelakuan
struktur jika dikenakan beban gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan RSNI
03-1726-20x.
3.
Bagaimana gaya-gaya
dalam yang bekerja pada struktur.
4.
Berapa luasan tulangan
lentur yang dibutuhkan pada kolom dan balok.
1.3
Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
:
1.
Untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh beban gempa jika di analisis antara SNI 03-1726-2002
dengan RSNI 03-1726-201x.
2.
Untuk mengetahui kelakuan
struktur jika dikenakan beban gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan RSNI
03-1726-20x.
1.4
Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian
ini, penulis mendesain sendiri gambar rencananya dan data-data tunjangan lain
diambil dari buku-buku referensi dan peraturan yang berlaku di Indonesia.
1.5
Teknik
Analisis Data
Semua data yang diperoleh dihitung yang diawali dengan
perhitungan pembebanan berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Rumah dan Gedung (SKBI 1987). Setelah perhitungan
pembebanan selesai, lalu dilanjutkan dengan penggambaran geometrik struktur secara
3D dengan menggunakan software ETABS V.9.7. Kemudian dilanjutkan dengan input
data material, dimensi dan beban-beban yang bekerja meliputi beban mati, beban
hidup, dan beban gempa. setelah penginputan beban selesai lalu dilakukan
analisis, setelah dianalisis maka terdapat gaya-gaya dalam yang bekerja pada
struktur dan luasan tulangan lentur yang dibutuhkan pada stuktur tersebut.