Header Ads

24 October 2012

Studi Perbandingan SNI 03-1726-2002 dan RSNI 03-1726-201x

1.1       Latar Belakang
 Indonesia adalah salah satu negara yang termasuk kedalam daerah rawan gempa di dunia. Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng besar dunia dan sembilan lempeng kecil lainnya saling bertemu di wilayah indonesia dan membentuk jalur-jalur pertemuan lempeng yang kompleks (Bird, 2003). Keberadaan interaksi antar lempeng-lempeng ini menempatkan wilayah Indonesia sebagai wilayah
yang sangat rawan terhadap gempa bumi (Milson, 1992).
Mengingat pada beberapa tahun terakhir telah banyak gempa besar yang terjadi di Indonesia. Sebagai contoh, gempa Aceh pada tahun 2004, gempa Jogja pada tahun 2006, gempa Padang dan Bengkulu pada tahun 2007. Dari gempa tersebut menyebabkan banyak terjadi kerusakan pada struktur bangunan. Setelah dilakukan kajian yang mendalam tentang hal ini, bahwa gempa besar yang terjadi ternyata percepatan batuan dasar lebih besar daripada percepatan batuan dasar yang telah ditetapkan dalam peta gempa SNI 03-1726-2002. Berdasarkan penemuan tersebut menyebabkan peta gempa SNI 03-1726-2002 dinilai sudah tidak sesuai lagi diaplikasikan sebagai pedoman perencanaan struktur tahan gempa (Meilano, 2010).

1
 
     Pada landasan fenomena tersebut dan adanya daya seismotektonik yang baru dan adanya perkembangan peraturan gempa terkini di dunia seperti ASCE 7-10 dan IBC 2009, dan adanya keinginan untuk mendorong kemajuan pedoman perencanaan  ketahanan gempa di Indonesia , maka pedoman ketahanan gempa SNI 03-1726-2002 direvisi menjadi RSNI 03-1726-201x.  

1.2       Permasalahan
Berdasarkan kondisi di atas secara tidak langsung melahirkan  praktek  desain yang  tidak jarang  mengikuti saja  keinginan arsitek  yang demi mengejar keindahan  kadang memaksakan  sistem struktur yang tidak simetris dan berpotensi torsi  tanpa upaya pengamanan yang  bisa diambil.  Sebagian lagi terjadi perencanaan dan pelaksanaan detailing yang kurang sempurna/salah, atau penetapan atau perhitungan desian base shear yang kurang tepat, atau  penggunaan material yang tidak memenuhi persyaratan teknis, atau kesalahan asumsi modeling karena  kurangnya pemahaman atas  perbedaan respon elemen dan  respon struktur dan terbatasnya pemahaman atas makna dan konsekuensi dari struktur daktail.
Oleh karena itu, penulis ingin membandingkan kelakuan struktur antara kedua peraturan tersebut. Adapun permasalahan yang ingin penulis tinjau yaitu :
1.      Bagaimana perbedaan beban gempa antara SNI 03-1726-2002 dengan RSNI 03-1726-20x.
2.      Bagaimana kelakuan struktur jika dikenakan beban gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan RSNI 03-1726-20x.
3.      Bagaimana gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur.
4.      Berapa luasan tulangan lentur yang dibutuhkan pada kolom dan balok.

1.3              Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.    Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh beban gempa jika di analisis antara SNI 03-1726-2002 dengan RSNI 03-1726-201x.
2.    Untuk mengetahui kelakuan struktur jika dikenakan beban gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan RSNI 03-1726-20x.

1.4        Metode Pengumpulan Data
            Dalam melakukan penelitian ini, penulis mendesain sendiri gambar rencananya dan data-data tunjangan lain diambil dari buku-buku referensi dan peraturan yang berlaku di Indonesia.

1.5              Teknik Analisis Data
            Semua data yang diperoleh dihitung yang diawali dengan perhitungan pembebanan berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Rumah dan Gedung (SKBI 1987). Setelah perhitungan pembebanan selesai, lalu dilanjutkan dengan penggambaran geometrik struktur secara 3D dengan menggunakan software ETABS V.9.7. Kemudian dilanjutkan dengan input data material, dimensi dan beban-beban yang bekerja meliputi beban mati, beban hidup, dan beban gempa. setelah penginputan beban selesai lalu dilakukan analisis, setelah dianalisis maka terdapat gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur dan luasan tulangan lentur yang dibutuhkan pada stuktur tersebut.